Dini hari, kau menyalakan televisi. Lihatlah, Belanda
telah kalah. Lalu siapa pemenangnya nanti? Apakah Jerman, Spanyol, atau Italia tim
kesayanganmu? Siapapun itu, sang pemenang tentu bahagia. Mereka akan bergembira
dan merayakan keunggulan. Lalu bagaimana dengan Belanda? Apakah kekalahan itu
adalah happy ending mereka? Apakah itu yang mereka harapkan? Tentu tidak. Lalu
bagaimana bisa semua bahagia seperti katamu?
Hidup itu persaingan. Di hutan rimba saja ada
persaingan, apalagi di dunia manusia. Dan manusialah yang paling merasakan
kompleksitas dari persaingan itu. Ini lebih dari sekedar
ikan-ikan besar memakan ikan-ikan kecil. Ini adalah kita, manusia, dengan
segala rasa sakit yang bisa muncul secara tiba-tiba. Ini adalah aku, yang
mencintaimu lebih dari sekedar naluri, yang ingin memilikimu lebih dari sekedar
perasaan ingin mendepak perempuan-perempuan.
Setiap lelaki akan menganggap dirinya matahari.
Memiliki cahaya yang sanggup menyinari planet-planet. Sedangkan
perempuan menganggap dirinya bulan yang setia mengelilingi bumi. Dia memiliki
sinar meski hanya sinar pantulan. Terkadang ia sabit, terkadang ia bersinar
separuh, terkadang ia purnama. Tapi bulan memperlihatkan tubuh redupnya hanya
di malam hari. Karena dia ingin bumi melihatnya dari sisi perempuannya yang
paling cantik. Saat dia bersinar, saat dia indah diantara bintang-bintang. Aku
selalu berharap kau adalah bumi, bukan jupiter atau planet
lain yang punya banyak bulan yang mengelilinginya.
Sedangkan cinta itu ibarat piala.
Akan kau berikan piala itu pada yang menang. Dan hanya kepada yang menang.
Persaingan memang begitu, kau tak perlu merasa sungkan lalu menghibur mereka
yang kalah dengan memberikan piala tiruan. Hal yang sudah jelas dan
terang-benderang saat ini adalah perlombaan telah usai, dan nama pemenang sudah
diumumkan. Maka jika ada yang merasa masih ngotot ingin bersaing atau
berkoar-koar memaki sang pemenang, atau bahkan berusaha mencuri piala, tentu
kau dapat mengira-ngira bagaimana kualitas moral, niat dan cara
mereka dalam bersaing.
Jika faktanya aku kalah start menang finish, lantas
mengapa? Apa kau akan menganggapku sebagai pemenang yang tidak punya perasaan?
Janganlah begitu. Kau tahu aku punya perasaan. Kau tahu aku punya perasaan
padamu dan aku tidak menggunakan cara-cara kotor dan licik untuk bisa
memenangkan hatimu. Maka setelah memenangkanku, hargailah aku sebagai pemenang
yang baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar